Saturday, February 7, 2009

Penggusuran, Usaha Pemerintah Untuk Penertiban?


Bangun pagi-pagi dikejutkan oleh suasana rame penggusuran di depan warnetku di daerah terminal Bekasi. Busyet, klo diperhatiin kasihan juga sich ngelihatnya. Para pedagang yang biasa mangkal disitu sibuk ngamanin kios, gerobak dan barang dagangannya.

Gimana ya? Klo begini siapa yang salah ya? Aku ngelihat terkesan kurang manusiawi penggusuran itu, soalnya ada juga beberapa keluarga yang tinggal dan bikin rumah semi permanen disitu, klo paginya kena gusur, malam pada tidur dimana? di hotel?! Gak mungkin kan?. Tapi di sisi lain mereka juga salah telah tinggal di tempat yang notabene bukan haknya melainkan hak milik negara, dan tentu saja dengan adanya mereka kota memang terkesan kurang tertib, jalanan jadi macet, kotor, becek, ampun dech! (Miskin sih miskin, tapi gak harus makan hak orang lain kan?) Tapi mereka kan juga manusia.

Pemerintah Telah Salah
Sudah tugas pemerintah memang untuk menertibkan masyarakat, tapi yang sangat disayangkan kenapa sifatnya gak pencegahan? Sudah jadi kanker baru di amputasi, kan sakit...!. Seharusnya sebelum ada banyak lapak dan pemukiman penduduk yang bisa dikatakan ilegal pemerintah sudah langsung bertindak dari awal dengan melakukan larangan dan teguran, aku yakin masyarakat juga masih takut dan segan dengan orang-orang yang berseragam. Kemana aja mereka? Masa ada orang bangun di pinggir jalan bisa gak ketauan? Apa sengaja kali nunggu banyak dulu baru dibabat habis.
Sekarang setelah bertahun-tahun dimana orang-orang telah merasa memiliki meski hanya secara emosi dan telah menaruh harapan lebih dan tergantung dengan tempat tinggalnya ini, mereka baru bergerak dengan misinya yang selalu dijuluki "PENERTIBAN". Dengan berdarah dingin mereka menggusur dan meratakan bangunan dan kios tanpa mempedulikan isak tangis dan jerit. GILA OY!

Berebut Kepentingan dan Hak
Kalo ngomongin hak dan kewajiban memang sangat susah penerapannya, gak jarang bisa dibilang sering orang-orang berantem dan tawuran dikarenakan hak mereka saling bertentangan satu sama lain. Mereka berebut kepentingan dan sama-sama merasa punya hak itu. Terus gimana?
Karena itulah dalam usaha penyeimbangan antara hak dan kewajiban (biar tertib) dibuat peraturan dan undang-undang yang tentu saja telah dibuat oleh pemerintah. Tapi gimana jadinya kalau yang berebut kepentingan dan hak adalah pemerintah dan masyarakat?

"Masyarakat miskin tidak selamanya salah, Pemerintah juga tidak selamanya benar" yang dibutuhkan sekarang adalah saling menghargai dan tepo seliro. Kepada pemerintah bertindaklah secara adil dan bijaksana, dan siap dipertanggungjawabkan dengan amanah yang kalian sandang!

Thursday, February 5, 2009

Semangat Pedagang Tahu Gejrot


Sore setelah sholat Maghrib bareng temen di Islamic Center Bekasi aku lanjutkan dengan acara ngengsreng...(maksudnya ngeceng) dengan terus nongkrong sambil makan siomay di depan Hero Mall, makan siomay belum kelar aku ngeliat seorang kakek tua pedagang tahu gejrot memikul dagangannya dengan susah payah, sepertinya dia sedang mencari tempat untuk mangkal, aku terus perhatiin dia, aku salut dengan dia sekaligus trenyuh, aku berpikir aduh kek... seharusnya seusia kakek itu sudah waktunya untuk pensiun, biarin anaknya aja yang keliling. Tapi dia itu punya keluarga gak sih?. Andaikan semua orang mendapat pensiunan seperti pegawai negeri......!
"Semangat, dengannya kita bisa merubah serpih debu menjadi emas"
Makan siomay sudah habis, aku pergi datangin pedagang tahu gejrot itu, aku beli tahunya Rp 3000. Aku terus perhatiin dia... merasa terus diperhatiin dia bertanya sama aq, " Ada apa le?" Aku cuma bisa jawab, "Gak ada apa-apa pak, makasih pak ya.." aku terus pergi menuju tempat temenku nongkong.

Sama temenku aku ngomong gini, "Coy, lu pernah bayangin gak kalau bapakmu pedagang tahu gejrot, atau bagaimana misalkan masa tua kita seperti dia?"Temenku malah gak nyambung, "lo belum kenyang to habis makan siomay beli tahu gejrot?"

Yo wis, emang iya sich, mencari nafkah emang sulit, bisa survive sampai sekarang kita sangat bersyukur, apalagi untuk orang yang dari segi skill, modal usaha dan pendidikan kurang, modal dia untuk tetap bertahan hidup hanya semangat.

Waduuh..., jadi inget temen chattingku disana yang selalu ngucapin "Semangat!" (kaya tentara ya? hehehe)